Definisi Mitos, Legenda & Cerita Rakyat
·
Pengertian Mitos
Ada beberapa pengertian mitos yang diungkapkan oleh
para sejarawan. Dari beberapa pengertian itu dapat disimpulkan bahwa :
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benar – benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.
Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan jaman. Menurut Moens-Zoeb, orang Jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu
Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa. Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok.
Pengaruh Mitos Secara Umum terhadap Masyarakat
Mitos sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan.
·
Pengertian Legenda
Legenda (bahasa Latin:
legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita
sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali
dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun
demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi
sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika
legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka
legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung
sifat-sifat folklor Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh
beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau
sakral yang juga membedakannya dengan mite.
Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.
Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.
·
Pengertian Cerita Rakyat
Cerita Rakyat :
Pengertian Cerita Rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang
dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang
suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang
dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang,
manusia maupun dewa. Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa
dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan
pendidikan moral. Banyak yang tidak menyadari kalo negeri kita tercinta ini
mempunyai banyak Cerita Rakyat Indonesia yang belum kita dengar, bisa dimaklumi
karena cerita rakyat menyebar dari mulut – ke mulut yang diwariskan secara
turun – temurun. Namun sekarang banyak Cerita rakyat yang ditulis dan
dipublikasikan sehingga cerita rakyat Indonesia bisa dijaga dan tidak sampai
hilang dan punah.
Sumber :
CERITA RAKYAT
Disini saya akan menceritakan Cerita Rakyat Simalungun dari
Sumatra Utara.
Dahulu di propinsi
Sumatera Utara terdapat dua kerajaan. Kerajaan itu dikenal dengan nama Kerajaan
Timur dan Kerajaan Barat. Pada suatu ketika, raja yang berkuasa di Kerajaan
Timur menikah dengan adik perempuan dari raja yang berkuasa di Kerajaan Barat.
Beberapa tahun kemudian lahir seorang bayi perempuan yang diberi nama ‘Si
Dayang Bandir’, tujuh tahun kemudian lahir seorang anak laki-laki yang bernama
Sandean Raja. Ketika masih kecil, ayah Si Dayang Bandir dan Sandean Raja
meninggal dunia.
Dengan meninggalnya
raja di Kerajaan Timur, maka tahta Kerajaan Timur menjadi kosong. Berhubung
Sandean Raja masih kecil dan belum bisa menggantikan kedudukan ayahnya sebagai
raja, maka dalam sidang istana kerajaan menunjuk Paman Kareang untuk
mengendalikan pemerintahan kerajaan. Si Dayang Bandir mempunyai akal untuk
menyelamatkan benda-benda pusaka agar jangan sampai jatuh ke tangan pamannya
yang hanya menggantikan pemerintahan sementara. “Hmm.. benda-benda pusaka ini
haurs kuselamatkan agar jangan sampai jatuh di tangan pamanku, kelak adik
Sandean Raja lah yang berhak atas benda-benda pusaka ini,” gumam Si Dayang
Bandir.
Tidak berapa lama, Paman Kareang mengetahui benda-benda pusaka peninggalan raja telah disimpan Si Dayang Bandir. Ia mendesak Si Dayang Bandir agar menyerahkan benda-benda itu. “Awas! Kalau benda-benda itu tidak diserahkan padaku, keselamatanmu akan terancam!” Itulah ancaman Paman Kareang kepada Si Dayang Bandir. Namun Si Dayang Bandir tetap tidak mau menyerahkan benda-benda pusaka itu.
Kekesalan Paman Kareang menyebabkan Si Dayang Bandir dan Sandean Raja dibuang ke hutan. Sesampainya di hutan, Paman Kareang mengikat Si Dayang Bandir di atas sebatang pohon sehingga tidak dapat dijangkau adiknya, Sandean Raja. Sandean Raja menangis tak henti-henti sampai kehabisan air mata. Sandean Raja mencoba membebaskan kakaknya. Tapi ia tidak berhasil memanjat pohon tersebut, setiap mencoba ia pun jatuh. Tubuhnya menjadi tergores dan luka-luka. “Biarlah kekejaman paman ini kutanggung sendiri,” kata Si Dayang Bandir lemah. “Bila kau lapar, makanlah pucuk-pucuk daun yang berada di sekitarmu,” ucap Si Dayang Bandir, kepada adiknya yang kelaparan.
Setelah beberapa hari terikat di batang pohon, akhirnya Si Dayang Bandir tampak mulai lemas dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir. “Begitu kejam pamanku!” umpat Sandean Raja. Ia pun hidup seorang diri di hutan selama beberapa tahun hingga ia menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa. Selama di hutan, ia selalu ditemani roh Si Dayang Bandir. “Ku harap kau segera menghadap Raja Sorma,” bisik halus Roh Si Dayang Bandir, kepada Sandean Raja. Raja Sorma adalah adik kandung dari Ibu Sandean Raja. Raja Sorma tidak kejam seperti Paman Kareang yang saat ini sudah menjadi raja di Kerajaan Timur.
Sandean Raja berhasil keluar dari hutan dan segera menuju ke wilayah Kerajaan Barat untuk menghadap Raja Sorma. “Ampun Sri Baginda Raja Sorma. Hamba adalah Sandean Raja.
Tidak berapa lama, Paman Kareang mengetahui benda-benda pusaka peninggalan raja telah disimpan Si Dayang Bandir. Ia mendesak Si Dayang Bandir agar menyerahkan benda-benda itu. “Awas! Kalau benda-benda itu tidak diserahkan padaku, keselamatanmu akan terancam!” Itulah ancaman Paman Kareang kepada Si Dayang Bandir. Namun Si Dayang Bandir tetap tidak mau menyerahkan benda-benda pusaka itu.
Kekesalan Paman Kareang menyebabkan Si Dayang Bandir dan Sandean Raja dibuang ke hutan. Sesampainya di hutan, Paman Kareang mengikat Si Dayang Bandir di atas sebatang pohon sehingga tidak dapat dijangkau adiknya, Sandean Raja. Sandean Raja menangis tak henti-henti sampai kehabisan air mata. Sandean Raja mencoba membebaskan kakaknya. Tapi ia tidak berhasil memanjat pohon tersebut, setiap mencoba ia pun jatuh. Tubuhnya menjadi tergores dan luka-luka. “Biarlah kekejaman paman ini kutanggung sendiri,” kata Si Dayang Bandir lemah. “Bila kau lapar, makanlah pucuk-pucuk daun yang berada di sekitarmu,” ucap Si Dayang Bandir, kepada adiknya yang kelaparan.
Setelah beberapa hari terikat di batang pohon, akhirnya Si Dayang Bandir tampak mulai lemas dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir. “Begitu kejam pamanku!” umpat Sandean Raja. Ia pun hidup seorang diri di hutan selama beberapa tahun hingga ia menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa. Selama di hutan, ia selalu ditemani roh Si Dayang Bandir. “Ku harap kau segera menghadap Raja Sorma,” bisik halus Roh Si Dayang Bandir, kepada Sandean Raja. Raja Sorma adalah adik kandung dari Ibu Sandean Raja. Raja Sorma tidak kejam seperti Paman Kareang yang saat ini sudah menjadi raja di Kerajaan Timur.
Sandean Raja berhasil keluar dari hutan dan segera menuju ke wilayah Kerajaan Barat untuk menghadap Raja Sorma. “Ampun Sri Baginda Raja Sorma. Hamba adalah Sandean Raja.
Putra Mahkota
Kerajaan Timur,” kata Sandean Raja. Raja Sorma sangat terkejut dengan ucapan
Sandean Raja karena ia mendengar bahwa Sandean Raja dan Si Dayang Bandir telah
meninggal dunia. Untuk membuktikan bahwa Sandean Raja benar-benar keponakannya,
Sandean Raja diuji memindahkan sebatang pohon hidup dari hutan ke Istana. Ujian
selanjutnya, Sandean Raja diharuskan menebas sebidang hutan untuk dijadikan
perladangan. Pekerjaan itu diselesaikan Sandean Raja dengan baik. Selanjutnya,
Sandean Raja diperintahkan untuk membangun istana besar yang disebut “Rumah
Bolon” dan ternyata berhasil dan selesai dalam waktu tiga hari.
Raja Sorma belum mau mengakui Sandean Raja sebagai keponakannya sebelum menempuh ujian terakhir. Yaitu, menunjuk seorang puteri raja di antara puluhan gadis di sebuah ruang yang gelap gulita. Sandean Raja merasa khawatir kalau ujian yang terakhir ini ia tidak berhasil. “Jangan khawatir, aku akan membantumu,” bisik roh Si Dayang Bandir. Akhirnya Sandean Raja berhasil memegang kepala puteri raja yang sedang bersimpuh. Atas keberhasilannya, Sandean Raja diakui sebagai keponakan Raja Sorma dan dinikahkan dengan puterinya. Setahun kemudian, Sandean Raja bersama prajurit Kerajaan Barat menyerang Kerajaan Timur yang dikuasai oleh paman Raja Kareang. Dalam waktu yang tidak lama, Kerajaan Timur berhasil ditaklukkan dan Raja Kareang terbunuh oleh Sandean Raja. Kerajaan Timur akhirnya di kuasai oleh Sandean Raja. Dan akhirnya Sandean Raja dinobatkan menjadi raja Kerajaan Timur dan hidup bahagia bersama istri dan rakyatnya.
Raja Sorma belum mau mengakui Sandean Raja sebagai keponakannya sebelum menempuh ujian terakhir. Yaitu, menunjuk seorang puteri raja di antara puluhan gadis di sebuah ruang yang gelap gulita. Sandean Raja merasa khawatir kalau ujian yang terakhir ini ia tidak berhasil. “Jangan khawatir, aku akan membantumu,” bisik roh Si Dayang Bandir. Akhirnya Sandean Raja berhasil memegang kepala puteri raja yang sedang bersimpuh. Atas keberhasilannya, Sandean Raja diakui sebagai keponakan Raja Sorma dan dinikahkan dengan puterinya. Setahun kemudian, Sandean Raja bersama prajurit Kerajaan Barat menyerang Kerajaan Timur yang dikuasai oleh paman Raja Kareang. Dalam waktu yang tidak lama, Kerajaan Timur berhasil ditaklukkan dan Raja Kareang terbunuh oleh Sandean Raja. Kerajaan Timur akhirnya di kuasai oleh Sandean Raja. Dan akhirnya Sandean Raja dinobatkan menjadi raja Kerajaan Timur dan hidup bahagia bersama istri dan rakyatnya.
Sumber :
http://girsangvision.blogspot.com/2012/02/cerita-rakyat-simalungun-si-dayang.html
LEGENDA
ASAL MULA KOTA BANYUWANGI
Disini
saya akan menceritakan asal mula kota banyuwangi,yaitu :
Pada zaman dahulu di
kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang
diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai
seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang
adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat
berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu
siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika
Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di
depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah
dengan para pengiringnya.
“Kemana seekor kijang
tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari
terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan
pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah
sungai yang sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden
Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia
meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan
kedatangan seorang gadis cantik jelita.
“Ha? Seorang gadis cantik
jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam
Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati
gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang.
“Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun
memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati
berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena
menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam
mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden
Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung
itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama
kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, puteri
Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”,
panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati
wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak
kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak
adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya.
Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah
berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak
kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat
memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini
harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan
kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden
Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah
hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki
berpakaian compang-camping. “Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan
terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu.
“Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan
di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong
untuk membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki
berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden
Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke
istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan
istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian
compang-camping yang telah menemui di hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat
kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong
kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “
Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda
sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada
seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya,
bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah,
sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan
istrinya.
Raden Banterang berniat
menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden
Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping
ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan
seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya.
“Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala
kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya.
Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya.
“Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan
Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal
pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati
mengingatkan.
“Kakak Adindalah yang akan
membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolah!”. Mendengar hal
tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya
berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya,
berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti
Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu
mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di
pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu
menghilang.
Tidak berapa lama, terjadi
sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian
itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air
kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi
kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak itu, sungai menjadi
harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi
artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.
Sumber:
e-smartschool.com yang diambil dari elexmedia
MITOS
DI INDONESIA
Contoh beberapa mitos yang
ada di Indonesia, yaitu :
Definisi Mitos, Legenda & Cerita Rakyat
·
Pengertian Mitos
Ada beberapa pengertian mitos yang diungkapkan oleh
para sejarawan. Dari beberapa pengertian itu dapat disimpulkan bahwa :
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benar – benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.
Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan jaman. Menurut Moens-Zoeb, orang Jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu
Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa. Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok.
Pengaruh Mitos Secara Umum terhadap Masyarakat
Mitos sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan.
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benar – benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.
Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan jaman. Menurut Moens-Zoeb, orang Jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu
Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa. Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok.
Pengaruh Mitos Secara Umum terhadap Masyarakat
Mitos sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan.
·
Pengertian Legenda
Legenda (bahasa Latin:
legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita
sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali
dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun
demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi
sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika
legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka
legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung
sifat-sifat folklor Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh
beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau
sakral yang juga membedakannya dengan mite.
Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.
Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.
·
Pengertian Cerita Rakyat
Cerita Rakyat :
Pengertian Cerita Rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang
dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang
suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang
dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang,
manusia maupun dewa. Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa
dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan
pendidikan moral. Banyak yang tidak menyadari kalo negeri kita tercinta ini
mempunyai banyak Cerita Rakyat Indonesia yang belum kita dengar, bisa dimaklumi
karena cerita rakyat menyebar dari mulut – ke mulut yang diwariskan secara
turun – temurun. Namun sekarang banyak Cerita rakyat yang ditulis dan
dipublikasikan sehingga cerita rakyat Indonesia bisa dijaga dan tidak sampai
hilang dan punah.
Sumber :
CERITA RAKYAT
Disini saya akan menceritakan Cerita Rakyat Simalungun dari
Sumatra Utara.
Dahulu di propinsi
Sumatera Utara terdapat dua kerajaan. Kerajaan itu dikenal dengan nama Kerajaan
Timur dan Kerajaan Barat. Pada suatu ketika, raja yang berkuasa di Kerajaan
Timur menikah dengan adik perempuan dari raja yang berkuasa di Kerajaan Barat.
Beberapa tahun kemudian lahir seorang bayi perempuan yang diberi nama ‘Si
Dayang Bandir’, tujuh tahun kemudian lahir seorang anak laki-laki yang bernama
Sandean Raja. Ketika masih kecil, ayah Si Dayang Bandir dan Sandean Raja
meninggal dunia.
Dengan meninggalnya
raja di Kerajaan Timur, maka tahta Kerajaan Timur menjadi kosong. Berhubung
Sandean Raja masih kecil dan belum bisa menggantikan kedudukan ayahnya sebagai
raja, maka dalam sidang istana kerajaan menunjuk Paman Kareang untuk
mengendalikan pemerintahan kerajaan. Si Dayang Bandir mempunyai akal untuk
menyelamatkan benda-benda pusaka agar jangan sampai jatuh ke tangan pamannya
yang hanya menggantikan pemerintahan sementara. “Hmm.. benda-benda pusaka ini
haurs kuselamatkan agar jangan sampai jatuh di tangan pamanku, kelak adik
Sandean Raja lah yang berhak atas benda-benda pusaka ini,” gumam Si Dayang
Bandir.
Tidak berapa lama, Paman Kareang mengetahui benda-benda pusaka peninggalan raja telah disimpan Si Dayang Bandir. Ia mendesak Si Dayang Bandir agar menyerahkan benda-benda itu. “Awas! Kalau benda-benda itu tidak diserahkan padaku, keselamatanmu akan terancam!” Itulah ancaman Paman Kareang kepada Si Dayang Bandir. Namun Si Dayang Bandir tetap tidak mau menyerahkan benda-benda pusaka itu.
Kekesalan Paman Kareang menyebabkan Si Dayang Bandir dan Sandean Raja dibuang ke hutan. Sesampainya di hutan, Paman Kareang mengikat Si Dayang Bandir di atas sebatang pohon sehingga tidak dapat dijangkau adiknya, Sandean Raja. Sandean Raja menangis tak henti-henti sampai kehabisan air mata. Sandean Raja mencoba membebaskan kakaknya. Tapi ia tidak berhasil memanjat pohon tersebut, setiap mencoba ia pun jatuh. Tubuhnya menjadi tergores dan luka-luka. “Biarlah kekejaman paman ini kutanggung sendiri,” kata Si Dayang Bandir lemah. “Bila kau lapar, makanlah pucuk-pucuk daun yang berada di sekitarmu,” ucap Si Dayang Bandir, kepada adiknya yang kelaparan.
Setelah beberapa hari terikat di batang pohon, akhirnya Si Dayang Bandir tampak mulai lemas dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir. “Begitu kejam pamanku!” umpat Sandean Raja. Ia pun hidup seorang diri di hutan selama beberapa tahun hingga ia menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa. Selama di hutan, ia selalu ditemani roh Si Dayang Bandir. “Ku harap kau segera menghadap Raja Sorma,” bisik halus Roh Si Dayang Bandir, kepada Sandean Raja. Raja Sorma adalah adik kandung dari Ibu Sandean Raja. Raja Sorma tidak kejam seperti Paman Kareang yang saat ini sudah menjadi raja di Kerajaan Timur.
Sandean Raja berhasil keluar dari hutan dan segera menuju ke wilayah Kerajaan Barat untuk menghadap Raja Sorma. “Ampun Sri Baginda Raja Sorma. Hamba adalah Sandean Raja.
Tidak berapa lama, Paman Kareang mengetahui benda-benda pusaka peninggalan raja telah disimpan Si Dayang Bandir. Ia mendesak Si Dayang Bandir agar menyerahkan benda-benda itu. “Awas! Kalau benda-benda itu tidak diserahkan padaku, keselamatanmu akan terancam!” Itulah ancaman Paman Kareang kepada Si Dayang Bandir. Namun Si Dayang Bandir tetap tidak mau menyerahkan benda-benda pusaka itu.
Kekesalan Paman Kareang menyebabkan Si Dayang Bandir dan Sandean Raja dibuang ke hutan. Sesampainya di hutan, Paman Kareang mengikat Si Dayang Bandir di atas sebatang pohon sehingga tidak dapat dijangkau adiknya, Sandean Raja. Sandean Raja menangis tak henti-henti sampai kehabisan air mata. Sandean Raja mencoba membebaskan kakaknya. Tapi ia tidak berhasil memanjat pohon tersebut, setiap mencoba ia pun jatuh. Tubuhnya menjadi tergores dan luka-luka. “Biarlah kekejaman paman ini kutanggung sendiri,” kata Si Dayang Bandir lemah. “Bila kau lapar, makanlah pucuk-pucuk daun yang berada di sekitarmu,” ucap Si Dayang Bandir, kepada adiknya yang kelaparan.
Setelah beberapa hari terikat di batang pohon, akhirnya Si Dayang Bandir tampak mulai lemas dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir. “Begitu kejam pamanku!” umpat Sandean Raja. Ia pun hidup seorang diri di hutan selama beberapa tahun hingga ia menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa. Selama di hutan, ia selalu ditemani roh Si Dayang Bandir. “Ku harap kau segera menghadap Raja Sorma,” bisik halus Roh Si Dayang Bandir, kepada Sandean Raja. Raja Sorma adalah adik kandung dari Ibu Sandean Raja. Raja Sorma tidak kejam seperti Paman Kareang yang saat ini sudah menjadi raja di Kerajaan Timur.
Sandean Raja berhasil keluar dari hutan dan segera menuju ke wilayah Kerajaan Barat untuk menghadap Raja Sorma. “Ampun Sri Baginda Raja Sorma. Hamba adalah Sandean Raja.
Putra Mahkota
Kerajaan Timur,” kata Sandean Raja. Raja Sorma sangat terkejut dengan ucapan
Sandean Raja karena ia mendengar bahwa Sandean Raja dan Si Dayang Bandir telah
meninggal dunia. Untuk membuktikan bahwa Sandean Raja benar-benar keponakannya,
Sandean Raja diuji memindahkan sebatang pohon hidup dari hutan ke Istana. Ujian
selanjutnya, Sandean Raja diharuskan menebas sebidang hutan untuk dijadikan
perladangan. Pekerjaan itu diselesaikan Sandean Raja dengan baik. Selanjutnya,
Sandean Raja diperintahkan untuk membangun istana besar yang disebut “Rumah
Bolon” dan ternyata berhasil dan selesai dalam waktu tiga hari.
Raja Sorma belum mau mengakui Sandean Raja sebagai keponakannya sebelum menempuh ujian terakhir. Yaitu, menunjuk seorang puteri raja di antara puluhan gadis di sebuah ruang yang gelap gulita. Sandean Raja merasa khawatir kalau ujian yang terakhir ini ia tidak berhasil. “Jangan khawatir, aku akan membantumu,” bisik roh Si Dayang Bandir. Akhirnya Sandean Raja berhasil memegang kepala puteri raja yang sedang bersimpuh. Atas keberhasilannya, Sandean Raja diakui sebagai keponakan Raja Sorma dan dinikahkan dengan puterinya. Setahun kemudian, Sandean Raja bersama prajurit Kerajaan Barat menyerang Kerajaan Timur yang dikuasai oleh paman Raja Kareang. Dalam waktu yang tidak lama, Kerajaan Timur berhasil ditaklukkan dan Raja Kareang terbunuh oleh Sandean Raja. Kerajaan Timur akhirnya di kuasai oleh Sandean Raja. Dan akhirnya Sandean Raja dinobatkan menjadi raja Kerajaan Timur dan hidup bahagia bersama istri dan rakyatnya.
Raja Sorma belum mau mengakui Sandean Raja sebagai keponakannya sebelum menempuh ujian terakhir. Yaitu, menunjuk seorang puteri raja di antara puluhan gadis di sebuah ruang yang gelap gulita. Sandean Raja merasa khawatir kalau ujian yang terakhir ini ia tidak berhasil. “Jangan khawatir, aku akan membantumu,” bisik roh Si Dayang Bandir. Akhirnya Sandean Raja berhasil memegang kepala puteri raja yang sedang bersimpuh. Atas keberhasilannya, Sandean Raja diakui sebagai keponakan Raja Sorma dan dinikahkan dengan puterinya. Setahun kemudian, Sandean Raja bersama prajurit Kerajaan Barat menyerang Kerajaan Timur yang dikuasai oleh paman Raja Kareang. Dalam waktu yang tidak lama, Kerajaan Timur berhasil ditaklukkan dan Raja Kareang terbunuh oleh Sandean Raja. Kerajaan Timur akhirnya di kuasai oleh Sandean Raja. Dan akhirnya Sandean Raja dinobatkan menjadi raja Kerajaan Timur dan hidup bahagia bersama istri dan rakyatnya.
Sumber :
http://girsangvision.blogspot.com/2012/02/cerita-rakyat-simalungun-si-dayang.html
LEGENDA
ASAL MULA KOTA BANYUWANGI
Disini
saya akan menceritakan asal mula kota banyuwangi,yaitu :
Pada zaman dahulu di
kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang
diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai
seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang
adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat
berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu
siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika
Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di
depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah
dengan para pengiringnya.
“Kemana seekor kijang
tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari
terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan
pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah
sungai yang sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden
Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia
meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan
kedatangan seorang gadis cantik jelita.
“Ha? Seorang gadis cantik
jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam
Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati
gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang.
“Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun
memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati
berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena
menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam
mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden
Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung
itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama
kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, puteri
Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”,
panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati
wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak
kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak
adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya.
Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah
berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak
kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat
memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini
harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan
kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden
Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah
hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki
berpakaian compang-camping. “Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan
terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu.
“Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan
di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong
untuk membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki
berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden
Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke
istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan
istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian
compang-camping yang telah menemui di hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat
kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong
kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “
Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda
sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada
seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya,
bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah,
sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan
istrinya.
Raden Banterang berniat
menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden
Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping
ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan
seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya.
“Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala
kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya.
Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya.
“Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan
Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal
pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati
mengingatkan.
“Kakak Adindalah yang akan
membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolah!”. Mendengar hal
tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya
berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya,
berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti
Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu
mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di
pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu
menghilang.
Tidak berapa lama, terjadi
sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian
itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air
kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi
kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak itu, sungai menjadi
harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi
artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.
Sumber:
e-smartschool.com yang diambil dari elexmedia
http://legendakita.wordpress.com/2008/09/03/asal-usul-kota-banyuwangi/
MITOS DI INDONESIA
Contoh beberapa
mitos yang ada di Indonesia, yaitu :
·
Kalau malam tiba dilarang berdiri di bawah pohon agar tidak dibius
setan
Seseorang bisa saja pingsan saat berada di bawah pohon besar di malam hari. Kejadian ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan dibius setan. Pada siang hari tumbuhan membutuhkan karbondioksida untuk bernafas, tetapi pada makan hari tumbuhan membutuhkan oksigen untuk bernafas. Manusia memerlukan oksigen untuk bernafas, jadi proses pernafasan manusia akan terganggu ketika berada di bawah pohon pada malam hari.
Seseorang bisa saja pingsan saat berada di bawah pohon besar di malam hari. Kejadian ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan dibius setan. Pada siang hari tumbuhan membutuhkan karbondioksida untuk bernafas, tetapi pada makan hari tumbuhan membutuhkan oksigen untuk bernafas. Manusia memerlukan oksigen untuk bernafas, jadi proses pernafasan manusia akan terganggu ketika berada di bawah pohon pada malam hari.
·
Tertimpa cicak tandanya sial
Sial di sini maksudnya dari tertimpa cicak itu sendiri. Siapa yang tidak sial kalau sedang enak – enak duduk tiba – tiba tertimpa cicak.
Sial di sini maksudnya dari tertimpa cicak itu sendiri. Siapa yang tidak sial kalau sedang enak – enak duduk tiba – tiba tertimpa cicak.
·
Jangan memakai sesuatu yang tajam di malam hari,
pamali
Mungkin mitos ini muncul sebelum adanya listrik, jadi rasa orang tua melarang anaknya untuk tidak menggunakan benda tajam di malam hari. Kalau sekarang kan sudah ada listrik, buat apa mempercayai mitos ini.
Mungkin mitos ini muncul sebelum adanya listrik, jadi rasa orang tua melarang anaknya untuk tidak menggunakan benda tajam di malam hari. Kalau sekarang kan sudah ada listrik, buat apa mempercayai mitos ini.
·
Jangan memakai payung pada makan hari
tanpa alasan
Jelas tidak disarankan, jika Anda melakukannya pasti akan disangka orang gila. Tidak panas tidak hujan tetapi memakai payung.
Jelas tidak disarankan, jika Anda melakukannya pasti akan disangka orang gila. Tidak panas tidak hujan tetapi memakai payung.
·
Wanita tidak boleh duduk di depan pintu
Zaman dahulu wanita masih menggunakan rok, belum ada yang memakai celana. Jadi, kalau ada wanita yang duduk di depan pintu pasti akan terlihat…ya gitu deh. Pasti banyak mengundang hawa nafsu.
Zaman dahulu wanita masih menggunakan rok, belum ada yang memakai celana. Jadi, kalau ada wanita yang duduk di depan pintu pasti akan terlihat…ya gitu deh. Pasti banyak mengundang hawa nafsu.
·
Jangan bersiul pada malam hari
Maksudnya adalah agar tidak mengganggu orang – orang yang sedang tidur.
Maksudnya adalah agar tidak mengganggu orang – orang yang sedang tidur.
Sumber
:
http://nuepoel.wordpress.com/2010/10/06/7-mitos-di-indonesia-dan-logika-masuk-akalnya/